Senin, 07 Maret 2011

Senyum..Senyum...dan SENYUM.. :)

 
Senyum. Sesuatu yang sangat mudah dilakukan sebenarnya. Kita hanya perlu menarik bibir saja hingga membentuk sebuah garis senyum. Tapi, mengapa kita ‘harus’ tersenyum?
Bandingkan dua mimik wajah berikut: senyum dan cemberut. Reaksi orang yang melihat kedua ekspresi ini akan memiliki persepsi yang berbeda. Orang yang sedang tersenyum lepas, memiliki kekuatan untuk membuat orang lain merasa senang dan tanpa beban. Bila seseorang melihat orang lain sedang cemberut, biasanya cenderung menjauhinya. Walaupun, juga ada yang menghampirinya untuk mencari tahu kenapa orang itu cemberut.

Begitu pula saat Anda berinteraksi dengan orang lain dalam berbisnis, senyuman bisa melanggengkan transaksi Anda. Anda menunjukkan sikap ramah yang membuat konsumen merasa aman dan nyaman membelanjakan uangnya demi produk Anda. Bisa jadi, produk Anda sebenarnya hampir sama spesifikasinya dengan produk pesaing Anda. Namun, ketika Anda merespon konsumen dengan mendekati sifat humanity-nya, maka konsumen akan memperoleh kepuasan yang berujung pada loyalitas.

Senyuman juga akan berimplikasi positif pada psikologis Anda. Senyuman itu mampu menciptakan kegembiraan, membuat suasana menjadi ceria, membantu mengembangkan keinginan yang baik dalam bisnis, membangkitkan semangat, dan mempererat hubungan dengan orang lain. Dan, dengan tersenyum, Anda dapat mengatur perasaan. Sehingga, Anda menjadi lebih bersemangat dan dimampukan untuk melayani pelanggan dengan lebih baik, atau menjual dengan efektif.

Tidak asal tersenyum, lho. Anda harus melakukan senyuman itu dengan ketulusan yang muncul dari balik hati Anda. Jamil Azzaini seorang inspirator yang sukses dengan buku Kubik Leadership, memberikan tips senyum tulus yang dinamai dengan “Senyum 227".  Caranya, saat tersenyum, tarik ke atas sudut bibir kiri sepanjang dua centi, sudut bibir kanan dua centi, dan kembangkan selama tujuh detik lamanya. Senyum seperti ini yang disebut Jamil Azzaini dengan senyum yang tulus. Dan, bukan senyum basa-basi seperti senyum service excellent menurut SOP (Standard Oprational Procedure) belaka.

Tjantana Jusman mengatakan, salah satu faktor penentu kesuksesan layanan pelanggan di banyak perusahaan ternyata adalah keramahan yang terpancar dari balik senyuman para karyawannya. Dari segi perasaan, senyum adalah obat yang paling mujarab untuk mengatasi kekurangberuntungan hati dan jiwa, bahkan perang. Dengan senyum, dapat menghilangkan kesedihan, gundah gulana, gelisah, dan keresahan. Saat Anda mendapati banyak persoalan yang membelit pikiran Anda, cobalah tersenyum tulus. Maka, Anda bisa bisa merasakan beban tersebut menjadi lebih ringan.

Berikut 6 alasan mengapa kita "harus" tersenyum :

senyum2
Senyum membuat kita lebih menarik. Sekarang bercerminlah. Buat wajah Anda tersenyum. Bagaimana tampaknya? Lalu, buat wajah Anda cemberut. Bagaimana tampaknya? Mana yang lebih menarik? Survey membuktikan, kita lebih terlihat menarik saat kita tersenyum. Tak percaya? Buktikan saja!

Senyum dapat mengembalikan mood yang payah. Anda merasa tidak mood saat ini? Cobalah untuk tersenyum. Meskipun pada mulanya senyum Anda tidak tulus atau dibuat-buat, tapi senyum dapat mempengaruhi tubuh untuk memperbaiki moodnya.

Senyum mudah menular. Ketika suasana di rumah atau di tempat Anda bekerja sedang suram, cobalah untuk tersenyum. Maka senyum Anda akan menulari teman-teman dan orang-orang di sekeliling Anda. Seperti senyuman bayi, yang otomatis dan tulus, akan mencairkan kebekuan kakek tua yang menunggu vonis penyakitnya dan membuatnya lebih rileks.

Stress hilang karena senyum. Senyum dapat mengendurkan saraf-saraf yang tegang. Juga membuat gurat-gurat kelelahan, capek, dan kekesalan Anda menjadi hilang. Anda pun dapat terlihat awet muda.

Senyum membuat Anda sukses. Senyum membuat Anda menjadi tampil lebih percaya diri. Nah, kepercayaan diri ini lah yang membuat Anda dapat meyakinkan klien, dapat menarik minat lebih banyak klien, dan itu pada akhirnya akan membuat Anda sukses.

Senyum membuat Anda berpikir lebih positif. Senyum tanpa diiringi dengan pikiran positif, tentu takkan bisa terlihat seperti senyum yang sebenarnya. Pikiran positif tanpa senyum pun, juga takkan mungkin. Jadi, senyum dan pikiran positif akan selalu berjalan seirama.

0 komentar:

Posting Komentar